Resensi Novel: Senja Di Alexandria
INDETITAS BUKU
Judul Buku : Senja di Alexandria
Penulis : Zhaenal Fanani
Penerbit : DIVA Press
Tahun Penerbit: 2011
Tebal Buku : 392 Halaman
ISI
BUKU
Senja
di Alexandria merupakan salah satu novel yang disajikan dengan bahasa yang
bernilai estetik tinggi. Novel yang bergaya lembut, sendu dan penuh haru biru
ini mengungkapkan rahasia hidup tentang impian, cinta, dan perpisahan dengan
cara yang begitu memikat. Novel ini menceritakan tentang seorang gadis bernama
Khalida atau biasa dipanggil Aida yang sejak kecil ditinggal mati oleh ayahnya
dan sehingga ibunya pergi ke tanah Alexandria demi mencukupi kebutuhan keluarga
serta mewujudkan impian anaknya dengan menjadi seorang TKW. Setalah Khalida
dewasa ia dan adiknya Dhenira menyusul ke Alexandria untuk mewujudkan impian
mereka. Hingga akhirnya sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawa Khalida
bersamaan dengan terjadinya kekacauan politik yang tengah melanda Mesir.
Meninggalnya Khalida telah menyebabkan seorang pemuda yang mencintai Khalida
bernama Zhaedy kehilangan arah. Ia layaknya seorang pemuda yang kehilangan ion
kemanusiaannya dan seolah sedang berjalan di tepian dunia lain. Keadaan itu
terus berlanjut hingga ia menyusul Khalida menghadap Sang Illahi.
KELEBIHAN
Penulis
menggambarkan Alexandria dengan sejuta kesan eksotisme kota itu, sehingga
pembaca dibuat seolah-olah sedang berada ditengah-tengah kejadian itu. Kisah
yang disajikan sangat mendetail dan kronologis. Mampu mengungkapkan
peristiwa-peristiwa yang penuh teka-teki misteri yang sulit ditebak.
Pesan-pesan yang disajikan mengajak pembaca untuk menyelami kejadian-kejadian
sesuai dengan alurnya. Disamping itu penggambaran suasana senja yang sangat mendominasi
menimbulkan kesan haru dalam ceritanya. Selain itu kita juga dapat mengambil
pelajaran dari tokoh Khalida yang mampu mengharumkan namanya di Negeri Asing.
Khalida mampu merintis sebuah pergerakan untuk kaum TKW yang notabene ia adalah
anak seorang TKW apalagi pada saat itu Mesir sedang mengalami kegentingan.
KEKURANGAN
Novel
dengan ketebalan 392 halaman serta ukuran yang cukup besar ini terkadang
membuat pembaca bosan dan memusingkan. Bahasanya yang agak sulit dipahami
membuat pembaca harus benar-benar fokus dan membutuhkan konsenterasi yang
tinggi. Dan di beberapa bagian terkesan berlebihan. Terlalu bertele-tele.
Harusnya lebih diperhatikan bagian mana yang harus diuraikan, mana yang harus
dipersingkat.
KESIMPULAN
Secara
keseluruhan novel ini mampu menyisipkan pelajaran baik yang dapat dipetik
pembacanya. Pembaca akan mengetahui keadaan dan sejarah kota Alexandria dengan
apa yang ada di dalamnya serta peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya
khususnya kekacauan politik pada saat pemerintahan Presiden Husni Mubarak di
Mesir serta dapat mengambil pelajaran dari tokoh Khalida yang mampu meraih
mimpi di negeri orang. Novel ini juga menjelaskan bagaimana kelamnya sebuah
kematian. Terutama bagi orang-orang yang ditinggalkan.

Komentar
Posting Komentar